PESAN

Hidup adalah BELAJAR.Mempelajari apa yang dilihat dan rasakan.BELAJAR adalah PROSES:dari tidak tau menjadi tau,dari salah menjadi benar,dari gelap menjadi terang.Melalui proses yang panjang... mari berjuang menjadi diri sendiri:SEBUAH PRIBADI YANG BERPOTENSI salam...

Rabu, 25 Agustus 2010

Museum, Rumoh Aceh, Lonceng Cakra Donya, Kompleks Makam Kandang Meuh, dan Makam Sultan Iskandar Muda.


Museum, Rumoh Aceh, Lonceng Cakra Donya, Kompleks Makam Kandang Meuh, Makam Sultan Iskandar Muda,
dan Pendopo Gubernur

Di sekitar jalan Sultan Mahmud Syah terdapat beberapa objek bersejarah yang sangat menarik dikunjungi. Adapun objek tersebut adalah Museum Negeri Aceh, Rumoh (Aceh figure 1), Lonceng Cakra Donya, KOmpleks Makam Meuh, Makam Sultan Iskandar Muda, dan Pendopo Gubernur.

Pemerintah Belanda pada tahun 1914 membangun Rumoh Atjeh (Rumah Aceh). Adapun fungsi rumoh Atjeh tersebut adalah tempat pameran barang-barang yang berasal dari Ace dalam Pameran Kolonial (de-koniale tenstoonsteling). Pameran ini dilaksanakan di Semarang Jawa Tengah pada tanggal 13 Agustus sampai dengan 15 Agustus 1915. Setelah selesai pameran, bangunan ini dibongkar dan dibawa kembali ke Kutaraja. Selanjutnya rumah tersebut dibangun sesuai dengan bentuknya semula dan dijadikan Museum Aceh yang ditempatkan di samping lapangan eksplanade kutaraja. Oleh karena itu, ada juga yang menyebut museum ini dengan nama Rumoh Aceh. Museum Aceh itu sendiri pemakaiaannya diresmikan pada tanggal 31 Juli 1915.

Saat in Museum Negeri Aceh merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah dan sebagai tempat penyimpanan berbagai benda bersejarah, baik dari masa kerajaan hingga masa kemerdekaan. Koleksi yang ada di museum ini antara lain Stempel Kerajaan Aceh, replika makam Malikul Saleh, naskah kuno, mata uang kerajaan Aceh, dan lain-lain.

Koleksi lain yang ada di museum ini adalah Lonceng Cakra Donya. Mengenai keberadaan Lonceng Cakra Donya terdapat beberapa versi. Salah satunya, berdasarkan angka tahun yang terdapat di bagian atasnya dapat diketahui bahwa Lonceng Cakra Donya in dibuat pada tahun 1409. Lonceng ini merupakan hadiah dari Kaisar Cina kepada Sultan Aceh dalam rangka mengikat persahabatan. Menurut Kremer dalam bukunya Aceh I bahwa Lonceng Cakra Donya ini telah dibuat dalam tahun 1469. Lonceng ini berukuran lebih kurang 1,25 meter tinggi dan mempunyai lebar 0,75 meter.

Pada tanggal 2 Desember 1915 pada masa Gubernur H.N.A Swart menguasai istana kerajaan memberi perintah untuk menurunkan lonceng dari pohon ba’gloendong karena khawatir pohon tersebut patah dan lonceng akan rusak, sehingga lonceng itu diletakkan di tanah. Lonceng itu diturunkan oleh orang-orang Cina, karena orang menganggap lonceng tersebut berhantu.

Pada tahun 1939 lonceng sultan yang telah tua itu digantungkan dengan sebuah rantai di dalam sebuah kubah dari kayu di depan Museum Negeri Aceh. Ternyata pada saat lonceng itu dibersihkan pada bagian luarnya terdapat hiasan-hiasan dengan simbol-simbol (ukiran-ukiran) dalam bentuk huruf Arab dan Huruf Cina. Simbol-simbol tersebut telah aus dan inskripsi dalam huruf Arab tidak dapat dibaca lagi. Diduga bahwa tunangan-tunangan lonceng itu dahulu diberi lapisan-lapisan emas. Tanda-tanda yang bermacam-macam itu telah dipahat ke dalam besinya dan emasnya telah dimasukkan pada aluran-alurannya.

Lonceng itu mungkin merupakan lonceng kuil dan telah berkarat seluruhnya, sedangkan emasnya telah hilang dari bentuk-bentuk hurufnya dan mungkin sekali sudah diambil oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Huruf-huruf Cina pada lonceng itu berbunyi Sing Fang Niat Toeng Juut Kat Yat Tjo yang dapat diartikan sebagai berikut Sultan Sing Fa yang telah dituang di dalam bulan 12 dari tahun 5.

Komplek Kandang Meuh (Makam Raja-raja Aceh) ini terletak di komplek Baperis dan komplek Museum Negeri Aceh. Dalam komplek Baperis terdapat dua Kandang Raja Aceh, yang pertama disebut Kandang Meuh dan satu lagi disebut Komplek Makam Sultan Ibrahim Mansur Syah. Adapun yang dimakamkan di komplek Kandang Meuh antara lain Putri Raja anak Raja Bengkulu, Sultan Alaidin Mahmud Syah, Raja Darussalam, Tuanku Zainal Abidin dan lain-lain.

Selanjutnya komplek Makam Sultan Ibrahim Mansur Syah dimakamkan antara lain Pocut Rumoh Geudong (istri Sultan Ibrahim Mansur Syah), Sultan Ibrahim Mansur Syah (memerintah tahun 1836-1870), Sultan Mahmud Syah (anak Sultan Mahmud Syah), Sultan Husein Johar Al-alam Syah (anak Sultan Muhammad Syah), Putoru Binen (kakak Sultan Ibrahim Mansur Syah), Tuanku Husein Pangeran Anom (anak Sultan Ibrahim Mansur),Tuanku Cut Zainal Abidin, Tengku Chik, Tuanku Raja Ibrahim (anak Sultan Mohammad Daud Syah).

Dalam komplek Museum Negeri terdapat makam Sultan Alaidin Ahmad Syah (1727-1735), Sultan Alauddin Johan Syah (1735-1760), Sultan Alauddin Mohammad Daud Syah (1781-1795), dan Pocut Mohammad (anak Sultan Ahmad Syah).

Tidak jauh dari kompleks makam Kandang Meuh terdapat makam Sultan Iskandar Muda. Sultan yang pernah memerintah Kerajaan Aceh. Di bawah pemerintahannya kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya.